Exact matches only
Search in title
Search in content
Search in posts
Search in pages
Filter by Categories
Berita

KABUPATEN KLATEN: Mengoptimalkan Potensi Desa

Warga melintas di kawasan obyek wisata Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (9/8).

Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, awalnya lebih banyak dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian dan perikanan serta memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat. Kini, Umbul Ponggok menjadi obyek wisata air favorit di Klaten.

Setiap hari rata-rata sekitar 1.000 orang datang menikmati kejernihan dan kesegaran air di kaki Gunung Merapi tersebut. Mereka menyelam melihat polah tingkah ikan-ikan hias yang berenang ke sana ke mari ataupun berfoto-foto di dalam air. Umbul Ponggok dengan luas kolam sekitar 6.000 meter persegi dan kedalaman 1,5-2,6 meter ini bagian dasarnya dibiarkan alami berpasir dan berbatu.

Pengelola dengan kreatif menata sejumlah benda di dalam air untuk ajang foto-foto pengunjung, misalnya sepeda motor, becak, sepeda onthel, meja, dan kursi. Setiap periode tertentu, benda-benda tersebut selalu diganti agar pengunjung tidak bosan.

”Umbul Ponggok ini dulu disewakan Rp 5 juta per tahun saja tak ada yang berminat, sekarang pendapatannya per bulan Rp 600 juta,” ujar Kepala Desa Ponggok Junaedhi Mulyono di Ponggok beberapa waktu lalu.

Awalnya, pada 2008, Pemerintah Desa Ponggok mengadakan studi banding ke Bali untuk menimba ilmu tentang pengelolaan pariwisata. Terinspirasi wisata menyelam di Tanjung Benoa, pemerintah desa pun merancang Umbul Ponggok yang mengalirkan air bersih berkapasitas 800 liter per detik menjadi obyek wisata selam air tawar.

Secara bertahap, Umbul Ponggok dipercantik. Investasi pun dikucurkan oleh pihak pemerintah desa secara mandiri, termasuk juga dari warga yang turut berinvestasi. Dana digelontorkan untuk perbaikan infrastruktur dan membeli sejumlah peralatan selam.

Aktivitas menyelam dimulai bekerja sama dengan Unit Selam Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, SAR Solo, SAR Yogyakarta, dan Komunitas Selam Jogja. Untuk menambah keindahan pemandangan dalam air, pengelola menebar ikan hias, seperti koi dan ikan mas.

Anak-anak muda karang taruna Ponggok tak ketinggalan berkreasi dengan memasukkan aneka benda untuk pengunjung berfoto di dalam air. Anak-anak muda karang taruna pun dilibatkan dalam pengelolaan Umbul Ponggok.

 

Wisatawan pengunjung obyek wisata Umbul Ponggok, Desa Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menyewa jasa warga setempat yang berprofesi sebagai fotografer bawah air, Minggu (14/8).

Media sosial

Pengunjung yang puas berfoto dan merekam video aktivitas mereka selama di dalam air mengunggahnya ke media sosial, seperti Facebook, Path, Instagram, dan Youtube. Berkat media sosial tersebut, Umbul Ponggok naik daun. Wisatawan terus mengalir datang.

Pendapatan desa pun naik. Badan Usaha Milik Desa Ponggok Tirta Mandiri, yang di antaranya mengelola Umbul Ponggok, meraih pemasukan hingga Rp 6,1 miliar pada 2015. Menurut Sekretaris Desa Ponggok Yani Setiadi, 80 persen pendapatan BUMDes Tirta Mandiri disumbang Umbul Ponggok.

”Ponggok menjadi desa terkaya di Klaten. Keuntungan yang diperoleh BUMdes dikembalikan ke masyarakat, misalnya untuk menanggung iuran BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) warga yang belum tercakup program Jaminan Kesehatan Nasional pemerintah pusat,” kata Yani.

Umbul Ponggok adalah contoh konkret potensi wisata desa yang berkembang di Klaten. Kepala  Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Klaten Joko Wiyono mengatakan, Klaten yang diapit dua daerah tujuan wisata, Daerah istimewa Yogyakarta dan Kota Solo (Jateng), juga memiliki banyak potensi wisata menarik, mulai dari wisata air, wisata budaya, hingga wisata minat khusus Gunung Merapi.

Berada di lereng dan kaki Gunung Merapi, Klaten kaya sumber daya air. Paling tidak terdapat 132 titik mata air atau umbul yang sebagian telah dikelola menjadi obyek wisata, seperti Umbul Ponggok, Umbul Cokro, Umbul Manten, dan Umbul Jolotundo. ”Ada banyak potensi obyek wisata air, tetapi jujur saya akui belum semuanya bisa dikelola secara optimal,” katanya.

Selain umbul, ada juga wisata air Rawa Jombor. Di sini terdapat warung-warung apung yang menyajikan kuliner berbahan ikan segar. Sayangnya, Rawa Jombor kurang ditata meski mampu menyedot wisatawan dalam jumlah besar. Pada 2015, obyek wisata Rawa Jombor dikunjungi 57.252 wisatawan. ”Potensi ini (Rawa Jombor) tidak dimiliki Yogyakarta dan Solo,” katanya.

Agar menyedot banyak wisatawan, Pemkab Klaten bercita-cita memoles Rawa Jombor menjadi seperti Bedugul, Bali, dan menjadikannya obyek wisata olahraga air. Untuk itu, rawa yang banyak ditumbuhi eceng gondok tersebut akan ditata dan warung-warung apung di atasnya bakal direlokasi. Karena Rawa Jombor aset Pemerintah Provinsi Jateng, Pemkab Klaten akan menggandeng Pemprov untuk mengelola Rawa Jombor.

Potensi wisata air dikembangkan sebagai andalan pariwisata Klaten, selain obyek wisata candi-candi, seperti Candi Plaosan, Merak, Sewu, dan Sojiwan. Menurut Joko, Pemkab Klaten bekerja sama dengan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko untuk mengembangkan paket wisata candi tersebut.

 

Desa wisata

Joko mengatakan, Pemkab Klaten berupaya mengoptimalkan potensi wisata yang ada di desa-desa. Untuk itu, desa-desa wisata juga dikembangkan, seperti Desa Jarum di Kecamatan Bayat sebagai desa wisata batik dan mengangkat kerajinan lurik Klaten. ”Tahun ini diselenggarakan lagi Klaten Lurik Carnival untuk mengangkat lurik Klaten,” katanya.

Tahun ini, Klaten Lurik Carnival digelar pada 18 Agustus lalu. Kegiatan ini selain diharapkan dapat menggairahkan perajin lurik yang ada di Klaten, juga untuk mengangkat pamor lurik ke tingkat nasional dan internasional.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Klaten, tingkat kunjungan wisatawan ke sejumlah obyek wisata di Klaten melonjak. Tahun 2014, total kunjungan wisatawan tercatat 320.862 orang. Tahun 2015, kunjungan wisatawan melonjak menjadi 604.700 orang.

Pembenahan obyek-obyek wisata dan petunjuk jalan menuju lokasi obyek wisata dinilai mendesak dilakukan. Sebab, walaupun akses menuju Klaten sangat mudah, petunjuk jalan menuju lokasi obyek wisata sangat minim.

”Potensi Klaten luar biasa banyak, mulai dari wisata budaya, khususnya candi-candi, wisata alam, hingga wisata kerajinan, seperti tenun, keramik, payung kertas, tetapi promosinya selama ini masih lemah,” ujar Daryono, pelaku usaha bidang perjalanan wisata.

(ERWIN EDHI PRASETYA)

Tulisan ini terbit di Harian Kompas, Rabu, 24 Agustus 2016 dengan judul “Kabupaten Klaten : Mengoptimalkan Potensi Desa”

FOTO-FOTO: KOMPAS / FERGANATA INDRA RIATMOKO

Leave a Reply

Disponsori oleh

Didukung oleh

Diselenggarakan oleh